Inovasi Pelangi Catin (Pelayanan Gigi Calon Pengantin)

0
4

 

Pada masa kehamilan terjadi beberapa perubahan baik secara fisik maupun fisiologis. Perubahan ini terjadi karena tubuh mempersiapkan diri untuk proses melahirkan serta untuk perkembangan janin. Perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi sistem dalam tubuh yang berdampak terhadap fisiologis bagian-bagian tubuh termasuk rongga mulut. Kesehatan rongga mulut dapat menggambarkan kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan kadar asam di dalam rongga mulut, dan jika wanita hamil mengalami mual dan muntah maka dapat mengakibatkan paparan asam lambung pada gigi dan gingiva. Hal ini dapat mengakibatkan peradangan pada gingiva, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin. Kehamilan secara signifikan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal.

Adanya perubahan hormon selama kehamilan dapat mempengaruhi respon gingiva yang berlebihan terhadap plak sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit periodontal. Perubahan hormon pada ibu hamil yang disertai dengan perubahan vaskuler juga menyebabkan gingiva menjadi lebih sensitif terhadap bakteri dan produk- produknya. Selain itu, adanya perubahan pola makan dan kebiasaan tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut pada sebagian ibu hamil dapat meningkatkan risiko penyakit periodontal yang pada perkembangannya akan mempengaruhi lagi kondisi kehamilannya. Risiko penyakit periodontal akan semakin besar dan parah apabila kondisi periodontal sebelum hamil memang sudah buruk. Prevalensi penyakit periodontal meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya pemeliharaan kebersihan mulut. Beberapa studi menyatakan bahwa efek perubahan hormon akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil sebesar 60%, dimana 10-27% mengalami pembesaran gingiva. Di Indonesia, gingivitis merupakan masalah mulut dan gigi yang sering dialami ibu hamil, yaitu sekitar 5% – 10% mengalami pembesaran gingiva. Selain gingivitis kehamilan, salah satu bentuk perubahan yang terjadi pada gingiva selama masa kehamilan adalah epulis gravidarum atau disebut juga granuloma pyogenic. Epulis gravidarum merupakan kelainan gingiva yang jarang terjadi

Pada pemeriksaan klinis kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan di UPT. Puskesmas Singkawang Tengah II masih banyak sekali ditemukan ibu hamil dengan kondisi kesehatan gigi dan mulut yang buruk selama pemeriksaan gigi pada ibu hamil pada kunjungan pertama (K1). Dari pemeriksaan gigi saat kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama (K1) ditemukan banyak ibu hamil dengan masalah gigi dan jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan infeksi odontogenik dan dapat menganggu kesehatan ibu hamil dan bayi. Adapun kasus tertinggi yang ditemukan adalah gingivitis, karies, dan radixes.

Adapun efek penyakit gigi dan mulut pada ibu hamil yang tertinggi yaitu Gingivitis dan Periodontitis yang menyebabkan gusi mudah berdarah, gusi bengkak dan berwarna merah, gigi sensitif dan gigi goyah. Efek lainnya yaitu pulpitis yang ditandai dengan ngilu yang tajam, nyeri gigi yang dalam, spontan, sakit jika terkena makanan/stimulus. Tahap lanjutan dari peradangan jaringan keras dan lunak pada rongga mulut adalah Abses dan Infeksi Odontogenik yang ditandai dengan gusi bengkak, gigi sakit tidak bisa difungsikan, nyeri tajam, dalam dan lama.

Efek langsung penyakit gigi dan jaringan pendukung pada kehamilan adalah intake maknanan terbatas karena ibu hamil tidak bisa makan karena gigi sakit dan tidak dapat difungsikan yang mengakibatkan nutrisi ibu hamil dan bayi berkurang. Ibu hamil juga dapat merasakan rasa sakit terus menerus sehingga dapat meningkatkan stressor dan kontraksi. Invasi bakteri dari pembuluh darah ke jaringan/organ sekitar hingga plancenta. Menurut banyak penelitian infeksi odontogenik berhubungan dekat dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dan BBLR dapat menyebabkan resiko stunting 4 x lebih besar.

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah sering kali memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting pada masa tumbuh kembang anak. Beberapa faktor yang menjelaskan hubungan ini adalah:

  • Terbatasnya Nutrisi Selama Kehamilan: Salah satu penyebab utama BBLR adalah kurangnya asupan gizi pada ibu hamil, baik karena malnutrisi atau gangguan kesehatan yang mempengaruhi kemampuan tubuh ibu untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk janin. Kekurangan nutrisi ini tidak hanya memengaruhi berat lahir bayi, tetapi juga memengaruhi perkembangan tubuh bayi pada usia dini, yang dapat mengarah pada stunting.
  • Pertumbuhan Janin yang Terhambat: Bayi dengan BBLR biasanya mengalami gangguan dalam pertumbuhan fisik selama di dalam kandungan, terutama pada organ vital dan jaringan tubuh yang sedang berkembang. Gangguan ini dapat berlanjut setelah kelahiran, karena mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan nutrisi yang cukup dan berkembang secara optimal.

Bayi BBLR cenderung memiliki kelemahan dalam perkembangan fisik, termasuk otot dan tulang yang lebih lemah, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk makan, tumbuh, dan bergerak dengan baik pada tahun pertama kehidupan. Hal ini bisa memperburuk risiko stunting karena mereka mungkin kesulitan mendapatkan makanan yang cukup.

Bayi dengan berat lahir rendah membutuhkan lebih banyak perhatian dalam hal pemenuhan gizi agar dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya. Jika kebutuhan gizi tersebut tidak tercukupi, ada kemungkinan bayi tersebut mengalami stunting, karena mereka lebih rentan terhadap kekurangan gizi.

Bayi BBLR memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan seperti infeksi, gangguan pernapasan, atau masalah pencernaan. Hal-hal ini dapat mengganggu asupan nutrisi dan penyerapan makanan, yang memperburuk risiko stunting.

Jika ibu hamil mengalami infeksi odontogenic yaitu pemberian obat terbatas dan tindakan dokter gigi yang terbatas pula. Ibu hamil harus diresepkan obat yang paling aman untuk perkembangan janin dan tidak menimbulkan kecacatan kongenital. Selain obat yang terbatas tindakan/prosedur dokter gigi juga terbatas seperti prosedur operatif sedang-besar pencabutan gigi yang menjadi kontra indikasi tindakan saat kehamilan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka selanjutnya solusi yang ditawarkan adalah dilakukannya pemeriksaan , perbaikan dan pemeliharan kesehatan gigi dan mulut proses kehamilan terjadi. Oleh karena itu penyusun proposal mengambil inovasi PELANGI CATIN (Pelayanan Gigi Calon Pengantin) untuk memeriksa kondisi calon pengantin/calon ibu dan mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan mulut selama kehamilan untuk dirinya sendiri serta janin yang dikandung sehingga dapat menghindari terjadinya penyakit mulut yang dapat memengaruhi kehamilan dan kesehatan ibu dan janin sehingga mengurangi resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Dengan penerapan inovasi ini, diharapkan mampu menjadikan UPT. Puskesmas Singkawang Tengah II sebagai pusat pelayanan terdepan pada seluruh lapisan masyarakat khususnya di Kecamatan Singkawang Tengah.

https://www.instagram.com/p/DGuJJGRyQc5/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × 5 =